Pages

Ads 468x60px

Monday, 15 October 2012

Edible Portion


IV.  EDIBLE PORTION



4.1.  Tujuan
Tujuan dari praktikum materi edible portion adalah sebagai berikut:
1.         Mengetahui teknik filleting pada ikan;
2.         Mengetahui presentase edible portion dari beberapa jenis ikan; dan
3.         Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya presentase edible portion pada ikan.

4.2.  Tinjauan Pustaka
Edible Portion adalah suatu bagian ikan yang dapat kita makan mulai dari ujung insang terluar  sampai pangkal sirip ekor. Bagian tubuh ikan yang utama untuk kita makan adalah otot atau urat yang disebut sebagai daging ikan.          Jika masih hidup dinamakan muscle, sedangkan yang sudah mati dinamakan meat atau daging (Sudarmadji, 1996).
Komposisi berat dapat digunakan untuk memperkirakan atau memperhitungkan berapa bagian-bagian yang dapat digunakan sebagai bahan makanan, sebagai makanan ternak, dan sebagai bahan-bahan makanan lain. Tetapi perlu diingat bahwa komposisi berat ikan dipengaruhi oleh jenis ikannya, jenis kelamin, dan musim penangkapan. Disamping untuk mendapatkan komposisi berat, maka bagian-bagian atau organ-organ ikan dapat dipisah-pisahkan secara anatomis, melainkan condong dipisahkan dengan cara-cara praktis untuk pengolahan (Hadiwiyoto, 1993).
Menurut Irawan (1995), besarnya edible portion pada masing-masing ikan berbeda beda tergantung pada bentuk umur dan keadaan ikan pada waktu tertangkap, yaitu sebelum atau sesudah pemijahan. Pada bagian tubuh seperti kepala, ekor, sirip dan isi perut umumnya tidak digunakan sebagai bahan makanan. Sedangkan pada bagian punggung, perut, pangkal  sirip punggung, pangkal sirip ekor, pangkal sirip belakang pangkal sirip dada dan pangkal sirip depan banyak mengandung daging dan otot sebagai jaringan pengikat.
Komposisi berat ikan diberi arti sebagai proporsi berat masing-masing bagian atau organ tubuh ikan yang dinyatakan sebagai prosentase terhadap berat seluruh tubuh ikan. Hal ini perlu diketahui karena tidak semua bagian ikan dapat dimakan, tetapi mungkin pula dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, obat-obatan dan sebagainya. Pembagian antara bagian yang tidak dapat dimakan (inedible) dan bagian yang dapat dimakan (edible) didalam praktek pengolahan ikan tidak banyak berguna disebabkan kadang-kadang tidak mungkin mengadakan preparasi secara sempurna sehingga hanya bagian yang dapat dimakan saja yang diolah (Kanoni, 1991).
Menurut Moeljanto (1992), cara membuat  fillet ikan adalah sebagai berikut :
1.      Baringkan ikan pada sterofoam, kemudian iris dagingnya dengan pisau yang tajam atau pisau khusus. Pengirisan dimulai dari ekor sampai seluruh bagian daging dibagian sisi terambil. Usahakan agar sedikit mungkin bagian daging yang tertinggal pada kerangka ikan dan jangan sampai terikut duri, sirip, dinding perut maupun isi perut lainya; dan
2.      Apabila menginginkan fillet tanpa kulit (skinless), setelah pekerjaan selesai lalu kulit ikan dibuang. Kemudian untuk kerapiannya disemprot dengan air garam yang diberi kaporit, lalu dicelupkan pada larutan garam dengan konsentrasi 6-15 % selama 20-30 detik. Kepekatan garam dan lamanya pencelupan tergantung pada ketebalan fillet dan jenis ikan.
Menurut Irawan (1995), bagian tubuh dari ikan yang dapat dimakan atau dimanfaatkan sering disebut sebagai edible portion. Besarnya edible portion pada masing-masing ikan berbeda beda tergantung pada bentuk umur dan keadaan ikan pada waktu tertangkap, yaitu sebelum atau sesudah pemijahan. Pada bagian tubuh seperti kepala, ekor, sirip dan isi perut umumnya tidak digunakan sebagai bahan makanan. Sedangkan pada bagian punggung, perut, pangkal  sirip punggung, pangkal sirip ekor, pangkal sirip belakang pangkal sirip dada dan pangkal sirip depan banyak mengandung daging dan otot sebagai jaringan pengikat        
Pembagian bagian yang dapat dimakan, dalam praktek pengolahan seringkali tidak diperhatikan dan tidak dilakukan, karena tidak mungkin dilakukan preparasi secara sempurna sehingga hanya bagian yang dapat dimakan saja yang diolah. Oleh karena itu perlu diketahui mengenai komposisi berat ikan, karena tidak semua bagian dari tubuh ikan dapat dimanfaatkan. Komposisi berat ikan ini digunakan untuk menghitung bagian tubuh ikan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Komposisi berat ikan diartikan sebagai berat masing masing bagian atau organ tubuh ikan yang umumnya dinyatakan sebagai prosentase terhadap seluruh tubuh ikan (Hadiwiyoto, 1993).


4.3.       Materi dan Metode
4.3.1.    Materi
a.         alat
             Alat yang digunakan pada praktikum materi edible portion adalah sebagai berikut:
Tabel  . Alat yang digunakan pada praktikum materi edible portion
No
Nama Alat
Ketelitian
Kegunaan
1
Pisau fillet
-
Untuk memfillet ikan atau sampel
2
Timbangan digital
1 gram
Untuk mengukur berat sampel atau edible portion

3
Talenan
-
Sebagai alas saat ikan difillet
4
Piring
-
Tempat ikan

b.         bahan
             Bahan yang digunakan pada praktikum materi edible portion adalah sebagai berikut:
Tabel   . Bahan yang digunakan pada praktikum materi edible portion
No
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
1
Ikan Tongkol (Euthynnus sp)
1 ekor
Sebagai sampel









4.2.2.   Metode
            Metode yang dilakukan pada praktikum edible portion adalah sebagai berikut:
Berat ikan utuh ditimbang
Ikan difilleting untuk single fillet

persentase edible portion single fillet skin on bone on dihitung
Kulit dan duri dibuang
Persentase edible portion single fillet skin less bone less dihitung
Hasil

Gambar   . Diagram alir metode praktikum materi edible portion









4.4.      Hasil dan Pembahasan
4.4.1.   Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum edible portion adalah sebagai berikut:
Tabel     . Uji Organoleptik Ikan Tongkol (Euthynnus sp) kelompok 5
Panel
Knampk
Insang
Lendir
Daging
Bau
Tekstur
(xi – )2
1
6
6
9
4
2
6
5,5
0,0729
2
6
6
7
2
3
5
4,83
0,16
3
7
7
9
2
2
5
5,33
0,01
4
7
6
9
4
2
6
5,67
0,1936
5
6
7
7
2
3
4
4,83
0,16







=5,23
∑=0,5965

S = = = 0,345
Ø  Selang kepercayaan          
 [(1,96 ×)] μ[+ (1,96 ×)]
[5,23 – (1,96 ×)] μ[5,23 + (1,96 ×)]
5,23  – 0,302    μ  ≤  5,23 + 0,302
4,93  ≤  μ  ≤  5,53
Kesimpulan : Berdasarkan uji organoleptik terhadap ikan Tongkol (Euthynnus sp)  pada taraf uji 95% didapatkan selang kepercayaan sebesar  4,93  ≤  μ  ≤ 5,53 sehingga ikan Tongkol (Euthynnus sp)  tersebut tidak layak dikonsumsi.




Tabel     . Uji Organoleptik Ikan Mujair (Oreochromis mossambicuskelompok 6
Panel
Knampk
Insang
Lendir
Daging
Bau
Tekstur
x
(xi – x )2
I
7
8
7
7
8
9
7.67
0.018
II
8
8
8
7
8
9
8.00
0.040
III
8
7
7
8
8
9
7.83
0.001
IV
7
7
8
8
8
9
7.83
0.001
V
8
8
7
7
7
9
7.67
0.018
7.80
0.078

S = = = 0,056
Ø  Selang kepercayaan          
 [(1,96 ×)] μ[+ (1,96 ×)]
[7,80 – (1,96 ×)] μ[7,80 + (1,96 ×)]
7,80  – 0,049    μ  ≤  7,80 + 0,049
7,75 ≤  μ  ≤  7,85
Kesimpulan : Berdasarkan uji organoleptik terhadap Ikan Mujair       (Oreochromis mossambicus) pada taraf uji 95% didapatkan selang kepercayaan sebesar  7,75 ≤  μ  ≤  7,85 sehingga Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)  segar  tersebut layak dikonsumsi.







Tabel     . Uji Organoleptik Ikan Kembung (Rastrelliger sp)  kelompok 1.
Panel
Knampk
Insang
Lendir
Daging
Bau
Tekstur
(xi – )2
1
7
8
8
7
8
9
7,83
0,009
2
8
7
8
7
8
8
7,67
0,004
3
8
7
8
8
8
9
8
0,071
4
7
7
8
8
8
8
7,67
0,004
5
7
8
7
7
7
9
7,5
0,055







=7,734
∑=0,0286

S = = = 0,034
Ø  Selang kepercayaan          
 [(1,96 ×)] μ[+ (1,96 ×)]
[7,734 – (1,96 ×)] μ[7,734 + (1,96 ×)]
7,734  – 0,0298    μ  ≤  7,734 + 0,0298
7,70 ≤  μ  ≤  7,76
Kesimpulan : Berdasarkan uji organoleptik terhadap ikan Kembung     (Rastrelliger sp) pada taraf uji 95% didapatkan selang kepercayaan sebesar      7,70 ≤  μ  ≤  7,76  sehingga ikan Kembung (Rastrelliger sp) tersebut layak dikonsumsi.













Tabel    .  Uji Organoleptik Ikan Kurisi segar (Nemipterus albus) kelompok 2.
Panelis
Mata
Insang
Lendir
Daging
Bau
Tekstur
(-Xi)2
Agung
8
9
7
7
8
8
7,8
0,0576
Bani
7
9
7
8
8
7
7,6
0,0016
Arie
7
9
7
7
7
7
7,3
0,067
Lia
8
7
7
8
7
8
7,5
0,0036
Rita
8
9
7
7
8
7
7,6
0,0016







= 7,56
 ∑=0,131
S2 =                               S   =
     =                                              =
     = 0,02                                                  = 0,14
Selang Kepercayaan 95%      
(X-(1,96 x S/√n)) ≤ µ ≤ (X+(1,96 x S/√n))
(7,56-(1,96 x 0,14/√5)) ≤ µ ≤ (7,56+(1,96 x 0,14/√5))
7,56 – 0,12 ≤ µ ≤ 7,56 + 0,12
7,44 ≤ µ ≤  7,68
Kesimpulan : Berdasarkan uji organoleptik terhadap ikan Kurisi segar (Nemipterus albus) pada taraf uji 95% didapatkan selang kepercayaan sebesar      7,44 ≤ µ ≤  7,68 sehingga ikan Kurisi segar (Nemipterus albus) tersebut layak dikonsumsi.



\




Tabel     . Uji Organoleptik Ikan Salem (Decapterus sp) kelompok 3
Panel
Knampk
Insang
Lendir
Daging
Bau
Tekstur
x
(xi – x )2
I
8
8
7
8
8
9
8.00
0.040
II
8
8
8
7
8
8
7.83
0.001
III
8
7
7
8
8
8
7.67
0.018
IV
7
8
8
8
8
8
7.83
0.001
V
8
8
7
7
7
9
7.67
0.018
7.80
0.078
S2 =                               S   =
     =                                                =
     = 0,0156                                              = 0,125
Selang Kepercayaan 95%      
(X-(1,96 x S/√n)) ≤ µ ≤ (X+(1,96 x S/√n))
(7,80-(1,96 x 0,125/√5)) ≤ µ ≤ (7,80+(1,96 x 0,125/√5))
7,80– 0,109 ≤ µ ≤ 7,80 + 0,109
7,691 ≤ µ ≤  7,909
Kesimpulan : Berdasarkan uji organoleptik terhadap ikan Salem (Decapterus sp) pada taraf uji 95% didapatkan selang kepercayaan sebesar 7,691 ≤ µ ≤  7,909 sehingga ikan Salem (Decapterus sp) tersebut layak dikonsumsi.







Tabel     . Uji Organoleptik Ikan Bawal (Pampus chinensis) kelompok 4
Panel
Knampk
Insang
Lendir
Daging
Bau
Tekstur
(xi – )2
1
8
8
8
7
8
9
8
0,027
2
8
7
8
8
8
8
7,833
0
3
8
8
8
7
8
8
7,833
0
4
7
7
8
8
8
8
7,67
0,026
5
7
8
8
7
8
9
7,833
0







=7,833
∑=0,053

S = = = 0,0106
Ø  Selang kepercayaan          
 [(1,96 ×)] μ[+ (1,96 ×)]
[7,833 – (1,96 ×)] μ[7,833 + (1,96 ×)]
7,833  – 0,0093    μ  ≤  7,833 + 0,0093
7,823 ≤  μ  ≤  7,842
Kesimpulan : Berdasarkan uji organoleptik terhadap ikan Bawal                 (Pampus chinensispada taraf uji 95% didapatkan selang kepercayaan sebesar 7,823 ≤  μ  ≤  7,842 sehingga ikan Bawal (Pampus chinensis) tersebut layak dikonsumsi.







Tabel   .Hasil Perhitungan Edible Portion Trip I
Kelompok
Sampel
Berat utuh (g)
Edible Portion skin on bone on   (× 100%)
Edible Portion skin less bone less
(× 100%)
5
Ikan Tongkol
(Euthynnus sp)
231
×100% = 55,8 %
×100% = 48,9 %
6
Ikan Mujair
(Oreochromis
mossambicus)
191
×100% = 35,34 %
×100% = 29,32 %
1
Ikan kembung
(Rastrelliger sp)
60
x 100 % = 43 %
x 100 % = 30 %
2
Ikan Kurisi (Nemipterus sp)
120
= 37,5 %

= 32,5 %

3
Ikan Salem
(Decapterus sp)
157
× 100% = 54,7 % 
×100% = 49,04 %
4
Ikan bawal
(Pampus chinensis)
163
×100% = 44,8%
×100% = 32,5%













4.4.2.  Pembahasan
 Sampel yang digunakan pada praktikum edible portion adalah Ikan Tongkol (Euthynnus sp). Menurut Saanin (1968) klasifikasi dari Ikan Tongkol (Euthynnus sp.) adalah sebagai berikut:
Kingdom             : Animalia
Filum                   : Chordata
Subfilum              : Vertebrata
Kelas                    : Pisces
Ordo                    : Goboioida
Famili                   : Scrombidae
Genus                  : Euthynnus
Spesies                 : Euthynnus sp
Hasil pengamatan organoleptik pada ikan Tongkol (Euthynnus sp) pada kelompok kami, didapatkan selang kepercayaan sebesar antara  4,93  ≤  μ  ≤  5,53
dengan taraf uji 95% yang menandakan bahwa ikan Tongkol (Euthynnus sp)  tidak layak untuk dikonsumsi. Menurut Kanoni (1991), ikan yang berkualitas baik, mempunyai kenampakan yang cerah dan bercahaya serta tidak adanya lendir yang dapat menjadi tempat mikroorganisme untuk berkembang.
Teknik filleting yang digunakan pada praktikum adalah single fillet skin on bone on yang diperoleh hasil seberat 129 gr dan single fillet skin less bone less seberat 113 gr. Proses filleting mula-mula diawali dengan penyiangan terlebih dahulu kemudian filleting dimulai dengan melihat terkstur garis dari belakang insang sampai bawah perut dilajutkan mendatar menuju pangkal ekor dengan hati-hati dan dikira-kira bahwa pisau benar-benar dekat dengan daging. Perlakuan tersebut bertujuan agar daging dapat terambil secara maksimal. Tahapan selanjutnya adalah menusukkan pisau kesebelah samping pada pangkal ekor dan dilanjutkan kearak kepala sesuai perlakuan sebelumnya. Menurut Irawan (1995), secara umum ikan memiliki nilai edible portion sekitar 45-50% dari berat totalnya.
           Perbedaan besar antara bagian yang dapat dimakan dengan bagian yang tidak dapat dimakan dalam praktek pengolahan seringkali disebabkan karena kesalahan penanganan. Sebagai contoh, misalnya pada saat penghilang sisik ikan, pada penyiangan ikan tidak selalu dikerjakan secara sempurna sekali. Selain itu, dalam melakukan filleting, pisau yang  digunakan haruslah pisau yang tajam. Jika dalam melakukan filleting pisau yang digunakan kurang tajam dan kurang menekan ke tulang maka sebagian dagingnya masih tertinggal, hal ini akan mempengaruhi besarnya edible portion yang dihasilkan oleh sampel ikan. Daging ikan yang kurang segar juga dapat mempengaruhi besarnya bagian yang dapat dimakan karena daging ikan yang kurang segar akan mempersulit proses filletingnya. Daging yang kurang segar ini ditandai dengan pemerahan pada sekitar tulang belakang dan duri daging di bagian perut mudah lepas sehingga daging sulit untuk difillet (Hadiwiyoto, 1993).
Hasil praktikum Edible Portion kelompok 5 diperoleh komposisi berat utuh ikan sebesar 231 gram dengan rincian berat skin on bone on sebesar 129 gram, berat skin less bone less sebesar 113 gram. Besarnya persentase edible portion single fillet skin on bone on adalah sebesar 55,8 %, single fillet skin less bone less sebesar 48,9 %. Kelompok 6 diperoleh komposisi berat ikan sebesar 191 gram dengan rincian berat berat skin on bone on  sebesar 67 gram, berat skin less bone less sebesar  56 gram. Besarnya persentase edible portion single fillet skin on bone on adalah sebesar 35,34 %, single fillet skin less bone less sebesar 29,32 %, kelompok 1 diperoleh komposisi berat ikan sebesar 60 gram dengan rincian berat single fillet skin on bone on sebesar 26 gram, berat single fillet skin less bone less 20 gram. Besarnya persentase edible portion single fillet skin on bone on adalah sebesar 43 %, single fillet skin less bone less sebesar 30 %, kelompok 2 diperoleh komposisi berat ikan sebesar 120 gram dengan rincian berat single fillet skin on bone on sebesar 45 gram, berat single fillet skin less bone less 39 gram. Besarnya persentase edible portion single fillet skin on bone on adalah sebesar 37,5 %, single fillet skin less bone less sebesar 32,5%, kelompok 3 diperoleh komposisi berat ikan sebesar 157 gram dengan rincian berat single fillet skin on bone on sebesar  86 gram, berat single fillet skin less bone less 77 gram. Besarnya persentase edible portion single fillet skin on bone on adalah sebesar 54,7  %, single fillet skin less bone less sebesar 49,04 %, kelompok 4 diperoleh komposisi berat ikan sebesar 163 gram dengan rincian berat single fillet skin on bone on sebesar 73 gram, berat single fillet skin less bone less 53 gram. Besarnya persentase edible portion single fillet skin on bone on adalah sebesar 55,8 %, single fillet skin less bone less sebesar 32,5 %.
   Menurut Hadiwiyoto (1993), besarnya selisih nilai edible portion dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
1.         Ukuran tubuh ikan;
2.         Tingkat kedewasaan ikan;
3.         Berat ikan;
4.         Jenis kelamin ikan.          
4.5.     Kesimpulan dan Saran
4.5.1.   Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum edible portion adalah sebagai berikut:
1.                  Teknik filleting yang digunakan pada praktikum materi edible portion yaitu single fillet skin on bone on dan single fillet  skin less bone less;
2.                  Presentase edible portion  ikan Tongkol (Euthynnus sp) adalah 48,9 %; dan
3.                  Edible portion  tiap ikan bergantung dari:
            1. Spesies ikan;
            2. Umur ikan; dan
            3. Kondisi sebelum dan sesudah memijah.
4.5.2.   Saran
            Saran yang dapat diberikan pada praktikum edible portion adalah sebagai berikut:
1.                  Ikan yang digunakan sebaiknya masih segar agar mudah untuk difillet.
2.                  Pisau yang digunakan lebih bagus yang tajam dan tipis agar memudahkan dalam fillet dan menghindari daging ikan terbuang dalam filleting.












DAFTAR PUSTAKA
Hadiwiyoto, Suwedo. 1993. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Liberty, Yogyakarta.
Irawan, Agus. 1995. Pengawetan Ikan dan Hasil Perikanan. CV.Aneka, Solo.
Kanoni, Sri. 1999. Kimia dan Teknologi Pengolahan Ikan. UGM. Yogyakarta
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Saanin. 1968. Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta
Sudarmadji,S.,B. Haryono, R. Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. UGM. Yogyakarta.